Menulis, susah atau mudah ?
(Sebuah motivasi untuk
calon penulis dan pengantar teknik menulis)
Oleh : Akhmad Jazuli, S.Farm, Apt.
Bagi seseorang yang baru tertarik
dengan dunia tulis-menulis, sering muncul pertanyaan : “menulis itu susah
atau mudah ya?”. Tulisan ini akan berusaha menjawab pertanyaan tersebut dan
membahas teknik dasar kepenulisan.
Tetapi sebelumnya kita kupas terlebih dahulu pertanyaan yang tak kalah penting
dan menarik : kenapa kita harus menulis?
Motivasi
untuk calon penulis
Manusia pada umumnya menyampaikan
ide, pendapat atau gagasan dengan berbicara.
Seseorang akan dikatakan ‘pintar’ ketika mampu tampil di muka publik dengan
baik untuk menyampaikan gagasannya. Sedangkan orang-orang yang hanya diam,
tidak akan memiliki nilai dan arti.
Masalahnya tidak
semua orang mampu berbicara dengan baik di depan umum, tak
terkecuali orang berpendidikan tinggi sekalipun. Bagi yang kurang pandai
berbicara di depan umum, mereka tetap bisa menyampaikan ide, gagasan atau
pendapatnya salah satunya dengan menulis. Menulis di sini tentu tak semudah
menulis status facebook atau BBM,
menulis yang dimaksud adalah menulis yang ‘menghasilkan’, tidak hanya sekedar menghasilkan materi melainkan menulis yang dapat memberikan
pencerahan, menjadi pelita dalam kegelapan.
Banyak hal
yang akan diperoleh dengan menulis, diantaranya yaitu ilmu, popularitas dan materi. Paling utama adalah
ilmu, karena dengan
menulis maka secara otomatis kita akan memperoleh dan menghasilkan ilmu. Menulis
dapat menambah pengetahuan bagi penulisnya karena sebelum menulis mesti harus
diawali dengan menggali referensi melalui membaca, wawancara maupun diskusi sebagai
bahan tulisan yang akan dibuat. Menulis juga menghasilkan ilmu karena otak kita dituntut
menelurkan ide-ide, gagasan maupun solusi yang akan dituangkan dalam tulisan.
Ilmu-ilmu yang kita pelajari selama ini, sebagian besar adalah hasil tulisan
ilmuwan
terdahulu. Perlu diketahui, bahwa negarawan yang hebat bukanlah orang yang
hanya pandai berorasi, tetapi dia juga piawai menyampaikan gagasannya lewat
tulisan.
Seorang penulis handal akan memiliki umur yang panjang. Bukan karena lamanya
hidup didunia, tetapi karena tulisannya yang akan terus dibaca banyak orang
sekalipun penulisnya telah tiada. Ada sebuah ungkapan “Scripta manent verba
volent” yang artinya yang ditulis mengabadi, yang diucapkan berlalu bersama
angin.
Seseorang juga bisa terkenal (populer) dan memperoleh
banyak uang karena
tulisannya yang bagus dimuat di media massa atau diterbitkan
dalam bentuk buku dan dibaca
oleh banyak orang. Akan tetapi kurang tepat jika
tujuan utama menulis adalah mencari popularitas atau mengejar materi semata.
Sebisa mungkin menulis harus diawali dengan niat mengembangkan ilmu dan memberikan
pencerahan, sehingga bisa menjadi
pelita dalam kegelapan. Adapun materi dan popularitas adalah ‘efek samping’
dari menulis.
Kemampuan
menulis seseorang tidak selalu sejalan dengan
tingkat pendidikan orang tersebut. Tak sedikit lulusan perguruan tinggi yang mengalami
kesulitan saat menulis. Jadi sebenarnya “menulis itu susah atau mudah?” Pertanyaan ini
jawabannya kira-kira akan sama dengan pertanyaan “naik sepeda itu susah atau
mudah?” Bagi yang baru mencoba tentu akan mengatakan bahwa naik sepeda itu
susah, harus jatuh dan bangkit lagi saat belajar, pun sama halnya dengan
menulis. Belajar keduanya tak cukup hanya mengandalkan teori saja, tetapi
dibutuhkan praktik secara langsung.
Menulis bisa jadi adalah perkara yang sulit, tetapi bisa
juga menjadi perkara yang mudah jika kita mampu mensiasatinya. Menulis memang tak semudah membalikkan telapak
tangan, juga tak sesulit memindahkan gunung. Meminjam ungkapan KH Abdullah
Gymnastiar (AA Gym), untuk menjadi seorang penulis yang perlu kita lakukan
hanyalah 3M yaitu : membaca, menulis dan mulailah dari sekarang. Membaca menjadi syarat mutlak untuk menjadi seorang penulis. Seperti
yang diungkapkan Stephen King, “Kalau Anda ingin jadi penulis, Anda harus
meletakkan dua hal ini: banyak membaca dan banyak menulis, di atas lainnya”.
Bagaimana kita mampu menulis satu lembar halaman, jika
membaca buku/koran saja enggan? Apa yang mau kita tuangkan dalam secangkir
gelas kalau air saja tidak punya? Logikanya semacam itu. Pada hakekatnya
membaca memiliki manfaat yang sangat banyak. Orang yang banyak membaca memiliki
kedalaman ilmu yang luar biasa. Orang-orang yang banyak membaca relatif tidak
akan kesulitan saat mencari bahan menulis. Kita tinggal mengingat-ingat atau
membuka kembali buku/koran yang pernah kita baca. Dampak dari membaca adalah
kita akan memiliki banyak gagasan-gagasan yang ada di pikiran kita, segeralah
tuangkan gagasan tersebut ke dalam sebuah tulisan.
Cara awal paling efektif untuk belajar menulis adalah
dengan membiasakan diri menulis diari. Menulis diari akan sangat membantu kita
dalam latihan menulis. Diari merupakan
catatan di mana kita bisa jujur sepenuh diri dan hati untuk mengungkapkan
segalanya. Bagi para penulis, menulis diari jelas memiliki banyak keuntungan.
Setidaknya kebiasaan kita menulis diari akan membantu kita dalam menjaga ritme
tulisan, menajamkan kepiawaian kita menggerakkan jari-jemari, terus menjaga
kemampuan berpikir, termasuk menuangkan gagasan, mengolah kata untuk
menghasilkan sebuah karya.
Tak jarang kita mengalami keraguan saat memulai sebuah
tulisan artikel (opini, kolom, dan resensi buku), mencari kata/kalimat yang
tepat hingga akhirnya kita hanya sibuk mencari kata/kalimat dan tidak
menghasilkan tulisan apapun. Prinsip utama dalam menulis adalah tulis saja
semuanya. Tuangkan saja kegelisahan hati kita. Kegelisahan itulah yang akan
menjadi sumber pemicu utama kita dalam berkarya. Tidak mungkin suasana hati
yang adem ayem tentrem, datar tanpa gejolak mampu menuangkan dalam bentuk
tulisan yang inspiratif, memukau atau karya yang menyihir khalayak.
Di awal kita mulai menulis hilangkan semua pikiran apakah
tulisan kita enak dibaca, apakah pembaca akan paham maksud tulisan kita, apakah
ada huruf atau ejaan yang salah, atau apakah penerbit (media) mau menerima
tulisan kita. Yang terpenting kita lakukan saat menulis adalah menulis itu
sendiri. Fokus terhadap apa yang kita tulis. Setelah tulisan kita selesai
biasakan untuk membaca ulang tulisan, dan inilah waktu kita untuk
mengedit/mengoreksi tulisan kita. Memoles sedemikian rupa sampai tulisan kita
anggap “layak jual” dan siap kirim ke media.
Jenis-jenis tulisan
Tulisan mempunyai jenis yang bermacam-macam, diantaranya
yaitu artikel, opini, dan kolom. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara
ketiganya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), opini diartikan sebagai “pendapat”,
“pikiran” atau “pendirian”. Opini bisa diartikan sebagai pandangan seseorang
terhadap suatu masalah tertentu. Pendapat disini bukan sembarang pendapat,
tetapi pendapat yang berdasarkan fakta-fakta dan dalil-dalil yang dapat
dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, menulis opini membutuhkan “riset”
sebagai landasan penulis dalam menyampaikan gagasan dan argumentasinya. Opini
inilah yang dituangkan dan dituliskan dalam bentuk “artikel”.
Ada bentuk lain dari opini yang biasa disebut “kolom”. Kolom adalah salah satu rubrik di media massa
yang biasa diisi oleh orang tertentu untuk jenis tulisan yang membidik tema
tertentu. Penulisnya biasa disebut kolomnis atau kolumnis.
Tips Menulis Keren
Tulisan yang ideal terdiri atas judul, alinea pembuka, isi (batang tubuh) dan
alinea penutup (ending). Penulis mesti membuat judul tulisannya dengan
menarik. Judul haruslah memikat. Syarat untuk judul seperti ini: Tidak Panjang
(cukup tiga atau empat kata) dan memakai kata-kata yang tidak sering dipakai (bukan tiruan), menggugah. Judul tidak harus dibuat lebih
dulu. Bisa belakangan, setelah tulisannya selesai.
Alinea Pembuka dan Lead
Lead adalah bagian penting sebuah tulisan. Lead seperti etalase, dia harus
dibuat menarik. Lead adalah kalimat pembuka. Ia seperti kail yang menarik minat
pembaca. Ia seperti lokomotif yang membuat mata dan pikiran pembaca untuk
terus mengikuti kalimat dan buah pemikiran penulis.
Lead harus menarik,
tidak memakai pemikiran yang sudah biasa atau tiruan, dan kalimatnya
tidak panjang. Lead ini berfungsi untuk membawa pembaca supaya mengerti masalah apa yang akan dibicarakan oleh penulis. Lead adalah
bagian penting dari alinea pembuka.
Isi Tulisan (Batang Tubuh)
Inilah ”daging” sebuah opini. Di sinilah penulis
menuangkan gagasan dan ide-idenya. Dengan demikian secara ringkas bagian ini
berisi:
- gagasan apa yang ditawarkan, tesis yang dikemukakan.
- argumentasi kenapa pentingnya gagasan/ide/pemikirannya
- contoh-contoh dengan menampilkan data-data yang relevan dan menunjang.
- keuntungan dan kerugian jika gagasan itu diterapkan atau tidak
diterapkan.
Alinea
Penutup (Ending)
Bagian ini bisa
dibilang merupakan kesimpulan dari tulisan opini. Kendati penutup, penulis
opini tetap harus menganggap ini bagian penting. Untuk mengulang dan
mengingatkan pembaca akan gagasan yang ditawarkannya.
Kendati tiga bagian di atas merupakan hal penting untuk menulis opini,
sesungguhnya tetap saja diperlukan panduan agar tiga hal itu menjadi kesatuan
yang enak untuk dibaca –juga menulisnya. Untuk ini dibutuhkan
apa yang disebut OUTLINE. Outline adalah semacam alur yang dibuat
dengan mencantumkan segala hal yang direncanakan akan dituangkan pada sebuah
opini. Outline ini juga untuk mengingatkan penulis agar tetap fokus atau tidak
lupa pada hal-hal yang sejak awal ia tetapkan untuk ditulis. Outline bentuknya
adalah pointer-pointer.
“Semua
harus ditulis, apapun. Jangan takut tidak dibaca atau tidak diterima penerbit.
Yang penting tulis, tulis dan tulis. Suatu saat pasti berguna” - Pramoedya
Ananta Toer -
Post a Comment